Kamis, 25 Juni 2015

BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh: Baktiar Murdin

1.  Teori belajar dalam Al-Qur'an dan al-hadits
Banyak dalil menerangkan bahwa islam adalah ajaran yang sempurna,menyangkut berbagai aspek kehidupan. Atas kesempurnaan itu maka diyakini bahwa jika umat islam berpegang pada ajaran islam, yaitu Al-Qur'an dan hadits, maka kapan dan dimanapun akan mendapatkan keselamatan.
Dalam hal pendidikan, kajian islam dapat dirumuskan melalui perenungan yang mendalam terhadap dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi. Diantara rumusan-rumusan belajar yang tersirat dalam Al-Qur'an dan hadits sebagai berikut, (1). Islam mengantarkan pemeluknya kaya akan ilmu pengetahuan, (2). Islam membangun pribadi unggul, (3). Islam membangun tatanan sosial yang setara dan berkeadilan (4). Islam memberikan tuntunan ritual untuk memperkaya spiritual, (5). Islam mengedepankan amal shaleh.
Kelima misi slam tersebut harus dikembangkan secara utuh sebagai satu-kesatuan. Islam tidak hanya dilihat dari aspek ritual, fiqih, akhlak, ibadah, tetapi harus menyeluruh dan komprehensif. Islam harus dilihat sebagai system kehidupan, baik kepentingan pribadi, sosial, lingkungan, dunia juga akhirat. Islam tidak boleh hanya dilihat dari aspek halal dan haram.
Menyangkut ilmu pengetahuan, islam memandangnya sebagai sesuat yang sangat penting, ayat Al-Qur'an yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Kegiatan membaca adalah pintu utama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian semestinya kewajiban utama seorang muslim adalah belajar membaca, yaitu membaca dalam pengertian luas, membaca alam semesta, atau bahkan membaca tanda-tanda zaman. Kita lihat orang yang menguasai dunia, baik dari aspek politik, ekonomi, sosial dan lainnya adalah orang yang pandai membaca, dan begitu pula sebaliknya.
Pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia, proses pendidikan berkembang bersama kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan hakikat yang satu. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan.[1] Proses pendidikan manusia dilakukan selama kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari alam kandung sampai sampai lahir di dunia manusia telah melalui proses pendidikan, hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kemuliaan diri di hadapan Allah. Sebagaimana  Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi:

1 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Melalui perintah membaca, sebutan Tuhan  sebagai pencipta dan misi Rasulullah adalah membaca ayat-ayat Allah, maka sebenarnya kewajiban umat islam untuk belajar dan menuntut ilmu yang seluas-luasnya. Bahkan juga dalam hadits Rasulullah beliau bersabda:
طلُبُ العِلمِ فَرِيضةٌ على كل مُسلمٍ والمسلمة
"menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan" (HR. Ibnu Majah)
Dan dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda:
"Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan syurga" (HR. Muslim)
 Hadits Abdullah Ibnu Mas'ud ra. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali dua orang, yaitu terhadap orang yang diberikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan, dan terhadap orang yang diberika ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu ia mengejarkan kepada orang lain. (Sahih Muslim. No. 1352)

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (Al-Baqarah:31)
Di dalam Al-Qur'an sendiri telah diisyaratkan tentang pentingnya pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan sebagai inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.

 Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadala: 11)
Al-Qur'an dan hadits sebaga pembeda, petunjuk dan penjelas tentunya berbicara tentang belajar dan pendidikan, karena menyangkut kebutuhan hakiki seorang manusia. Ajaran yang universal tidak mungkin secara operasional dan mendetail memperbincangkan pendidikan yang amat mendasar.[2]
2.        Klasifikasi unsur-unsur belajar
Belajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang diarahkan kepada tujuan tertentu. Dalam setiap pembelajaran setidak-tidaknya terdapat beberapa unsure dinamis yang harus diperhatikan demi berhasilnya kegiatan belajar tersebut. Unsur-unsur dinamis tersebut antara lain:
1.      Stimulus belajar
Dalam stimulus belajar, bahan yang dipelajari harus disajikan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan dengan sebaik-baiknya. Bentuk stimulus tersebut dapat berupa visual, taktik, verbal, auditif dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa stimulus tersebut dapat bertul-betul mengkomunikasikan informasi atau pesan yang disampaikan agar dapat diterima dengan baik oleh pendengar/pelajar. Ada dua cara efektif untuk menyampaikan sebuah pesan, pertama, prinsip pengulangan (reduandancy) akan membantu memberikan lebih dari sekali kesempatan pada pendengar untuk menerima dan menstruktur pesan. Kedua, jika mereka mengulangi pesan atau menyebutkan kembali pesan yang telah disampaikan, maka dapat diketahui seberapa jauh mereka dapat menerima pesan asli tersebut.
2.      Perhatian dan motivasi belajar
Secara garis besar motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah motivasi yang belajar dari dalam tanpa ada rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi dari luar.
Ada beberapa cirri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali dalam proses belajar mengajar di kelas, diantaranya tidak bersikap acuh tak acuh terhadap guru atau pengajar, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai intensitas yang tinggi, ingin selalu berkumpul dengan kelompok kelas, tidakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam control diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali.
Ciri-ciri motivasi yang ada dalam diri seseorang adalah: tekun dalam mengerjakan tugas atau dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, ulet, menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, dll.
Beberapa upaya untuk memotivasi belajar siswa:
1.      Kenalkan siswa terhadap kemampuan yang ada pada dirinya. Dengan mengenal kemampuan dirinya, siswa akan tahu kelebihan dan kelemahan dirinya.
2.      Bantulah siswa untuk merumuskan tujuan belajarnya, sebab, dengan merumuskan tujuan belajar ini, siswa akan mendapatkan jalan yang jelas dalam melakukan aktivitas belajar.
3.      Tunjukkan kegiatan atau aktivitas yang dapat mengarahkan bagi pencapaian tujuan belajar. Dengan demikian siswa tidak melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitan dengan pencapaian target dan tujuan belajar.
4.      Kenalkan siswa dengan hal-hal baru. Sebab hal-hal baru dapat menghidupkan kembali keingin tahuan siswa. Adanya rasa ingin tahu yang demikian besar, menumbuhkan gairah siswa untuk beraktivitas belajar.
5.      Buatlah variasi-variasi dalam kebiatan belajar mengajar, supaya siswa tidak bosan.
6.      Adakan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar akan menambah motivasi belajar siswa.
7.      Berikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diberikan dan evaluasi yang telah dilakukan. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui mana aktivitas belajarnya yang benar dan mana yang kurang benar, mana pekerjaan yang sesuai dan mana pekerjaan yang tidak sesuai.[3]
3.        Bahan belajar dan penyediaannya
Yang dimaksud bahan belajar adalah sesuatu yang harus dipelajari pembelajar dalam melakukan aktifitas belajarnya. Bahan ini bisa berasal dari guru, buku-buku teks, paper, makalah, artikel, disamping bisa berasal dari lapangan objek tertentu.
Dalam penyedian bahan belajar factor yang harus diperhatikan adalah:
1.      Cukup menarik dari segi bahan dan penyajiannya.
2.      Isinya relevan. Isi bahan belajar harus mendukung dan member kontribusi terhadap tujuan pencapaian belajar.
3.      Mempunyai sekuensi yang tepat atau urutan penyajian yang tepat
4.      Informasi yang dibutuhkan ada.
5.      Ada soal-soal latihan.
6.      Ada petunjuk untuk melakukan perbaikan dan petunjuk lanjutan untuk mempelajari bahan selanjutnya. 
4.        Respon yang dipelajari
Belajar adalah suatu proses yang aktif. Apabila proses belajar tidak langsung pada bahan yang dipelajari maka kegiatan belajar tersebut tidak member pengaruh yang besar. Seorang pelajar harus mencurahkan perhatiannya kepada objek pembelajaran, serta mengambil tindakan dan respon yang nyata.
3.        Konsep belajar menurut pakar pendidikan Islam
1.      Konsep belajar menurut Al-Ghazali
Al-Ghazali mempergunakan istilah anak dengan beberapa kata, seperti al-shobiy (kanak-kanak), al-mutaallim (pelajar) dan thalibul ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh karena itu istilah anak didik di sisni dapat diartikan, anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan obyek utama dari pendidikan (dalam arti yang luas).
Adapun pembahasannya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Fitrah menurut Al-Ghazali
2.      Perkembangan anak didik menurut Al-Ghazali
3.      Etika anak didik terhadap pendidik menurut Al-Ghazali




[1]   Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 10.
[2]  Imam Prayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur'an, (Malang: Aditya Media dan UIN Malang Press, 2004), 7.
[3]  Badarudin, dalam http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar